Tuesday, October 2, 2007

Ibu Adalah Buddha di rumah kita.

Amitabha Buddha berada di rumah ku , Ibu tercinta
Saya termasuk sangat berjodoh dengan ajaran Buddha . Setelah memutuskan benar - benar mempelajari , bertobat dan praktekkan ajaran Buddha selalu , dengan niat begitu , saya begitu terasa ada hasil walaupun tidak menonjol sekali. Kehidupan menjadi lebih baik setelah Ibu saya kena stroke. Bukan karena Ibu saya kena stroke itu bagus , tetapi itu sebuah peringatan buat saya sendiri.

Selama ini bagaimana tingkah laku saya sebagai seorang anak terhadap Ibu saya. Ibu saya bukan hanya memikul tanggung jawab sebagai seorang ibu , tetapi juga harus mencari uang untuk menhidupkan saya dan memberi pendidikan untuk saya. Tetapi sebelum nya saya tidak menjadi anak yg berbakti. 1 kata saja Ibu saya menasehati saya , tetapi saya tidak kembalikan dengan kata - kata terima kasih , tetapi kembalikan 10 kata- kata yang ketus. Dan menggangap Ibu sangat tidak mengerti saya dan begitu karena ibu seorang yg tidak berpendidikan tinggi. Saya tidak memilki sebuah hati yang berterima kasih kepada Ibu ku.

Sampai Ibuku kena stroke , dan saya lihat dengan mata saya sendiri. Pada saat itu apa saja tidak saya pikirkan. Hanya melafalkan Nama Buddha Amitabha. Walaupun tidur di rumah sakit yang dingin , tanpa ada ranjang , selimut hanya di atas beberapa kursi. Demikian saya tidak terasa apa - apa . Pikiran semua di atas Ibu saya.

Sekian lama , saya merasa marah kalau di sentuh oleh Ibu , tetapi waktu itu saya merasa sangat bersalah , waktu itu saya merasa udah sekian lama saya tidak memegang tangan ibu dengan erat - erat. mengapa saya baru mau memegang tangan Ibu waktu Ibu tidur di ranjang rumah sakit ? mengapa ?

Mengapa Ibu bisa stroke ? dulu saya sering nasehatin dengan marah kepada nya. Ibu sangat gemuk ( over weight ) , nggak bisa kontrol makanan , dan lain - lain. tetapi sekarang pikirkan , saya sangat takut juga kehilangan Ibu sekarang, karena saya belum berbakti kepada nya.

Saya tidak selalu di samping nya , karena kami tidak ada rumah dan ibu harus kerja merantau ke negeri orang. Cara makan nya saya tidak bisa lihat , kondisi makan tidak teratur saya tidak melihat, sebenarnya Ibu kurang di perhatikan oleh saya sebagai seorang anak. Saya tidak menjaga Ibu dengan baik - baik. Saya menyesal sekali. Saya seharusnya tidak boleh nasehati dengan marah.

Kalau saya tidak SADAR dari sekarang , mungkin kehidupan saya sangat susah. Karena dengan perubahan hati , saya bisa jadi lebih hormati Ibu , sering lafal nama Buddha dan juga ajarin Ibu untuk melakukan begitu , berbuat amal sebanyak mungkin seperti mencetak sutra dan bantuan pakir miskin dan lain-lain da semua jasa limpah ke atas nama ibu.

waktu itu memang sangat merisau kan kondisi ibuku.......
berlanjut...............

Semoga semua mahkluk berbahagia............. Amituofo